Cilegon, AsriNews – Komisi VI DPR RI menaruh perhatian serius terhadap perkembangan industri baja nasional saat melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Dalam kunjungan tersebut, para anggota dewan meninjau langsung fasilitas produksi Hot Strip Mill dan PT Krakatau Baja Industri di Kawasan Industri Krakatau, Cilegon, pada Jumat, 7 Maret 2025.
Ketua Komisi VI DPR RI, Eko Hendro Purnomo, S.Sos., menyoroti tren impor besi dan baja yang terus meningkat sejak 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor baja pada 2020 mencapai 11,4 juta ton, lalu meningkat menjadi 13,0 juta ton pada 2021, 14,1 juta ton pada 2022, dan sedikit menurun menjadi 13,8 juta ton pada 2023.
Eko Hendro Purnomo menegaskan bahwa Indonesia harus memperkuat proteksi industri baja nasional agar mampu bersaing dengan produk impor. Ia juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah dan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dalam restrukturisasi serta transformasi Krakatau Steel guna meningkatkan daya saing industri baja nasional.
“Dalam 10 tahun ke depan, kebutuhan baja nasional akan sangat besar seiring pembangunan yang terus berjalan. Ini seharusnya menjadi peluang bagi industri baja dalam negeri. Dukungan dari pemerintah, termasuk skema business to government, harus diperkuat agar Krakatau Steel bisa bangkit dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tegas Eko.
Krakatau Steel Optimistis Hadapi Tantangan Global
Menanggapi hal ini, Direktur Utama Krakatau Steel, Muhamad Akbar Djohan, menyatakan optimisme terhadap prospek industri baja nasional. Menurutnya, pertumbuhan konsumsi baja di Indonesia diperkirakan meningkat hingga 4,6% per tahun, didorong oleh proyek-proyek infrastruktur skala besar seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), jalan tol, jembatan, dan transportasi massal.
Data dari Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) menunjukkan bahwa konsumsi baja nasional terus meningkat. Pada 2020, konsumsi baja nasional mencapai 15,0 juta ton, lalu naik menjadi 15,5 juta ton pada 2021, 16,6 juta ton pada 2022, dan 17,4 juta ton pada 2023. Tahun 2024 diperkirakan mencapai 18,3 juta ton.
“Krakatau Steel Group bersama afiliasi dan joint venture di Cilegon berencana mengembangkan Klaster Baja Cilegon dengan kapasitas produksi 10 juta ton dan nilai investasi mencapai Rp150 triliun. Ini merupakan langkah strategis dalam memenuhi kebutuhan baja nasional,” ujar Akbar Djohan.
Dorongan untuk Proteksi Industri Baja Nasional
Sebagai langkah konkret, Krakatau Steel mengajukan usulan untuk menjadi penugasan Pusat Logistik Baja. Dengan skema ini, diharapkan tata niaga impor baja dapat lebih terkontrol, sehingga:
- Memastikan pasokan baja untuk proyek nasional
- Mencegah dampak negatif impor terhadap industri baja nasional
- Mengendalikan praktik perdagangan tidak adil (dumping, subsidi, dan circumvention)
- Menjamin ketersediaan bahan baku dan skala ekonomis produksi bagi Krakatau Steel Group
“Kami terus melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan kinerja dan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan. Dengan dukungan pemerintah dalam proteksi industri baja nasional, Krakatau Steel dan pelaku industri baja lainnya dapat mewujudkan ketahanan serta kemandirian industri baja di Indonesia,” pungkas Akbar Djohan.