ilustrasi karya produk sastra populer

Mengapa Sastra Populer Penting Bagi Mahasiswa Indonesia?

asrinews.com – Sastra populer menjadi bagian penting bagi mahasiswa sastra di Indonesia. Mata kuliah sastra populer dalam kurikulum sastra mencakup karya-karya yang mudah diakses dan dinikmati oleh khalayak luas. Genre sastra populer meliputi novel, film, dan lagu dengan gaya bahasa yang ringan. Sastra populer sering dianggap lebih mudah dibaca dan lebih menyenangkan dibanding sastra serius dan tinggi yang memiliki gaya penulisan kompleks dengan tema berat.

Menurut Clifford Geertz, istilah sastra populer berasal dari pengkategorian kebudayaan menjadi kebudayaan elit (tinggi) dan kebudayaan massa (rendah). Sebagai produk budaya, sastra populer diminati oleh masyarakat luas karena dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Salah satu karya sastra populer di Indonesia adalah “Tenggelamnya Kapal van der Wijck” karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal sebagai Hamka. Novel ini mengisahkan kisah cinta tragis antara Zainuddin dan Hayati yang dipenuhi dengan liku-liku dan tragedi. Terbit pada tahun 1938, novel ini telah menjadi klasik dan terus dicetak ulang, menunjukkan relevansinya di setiap generasi. Pada tahun 2013, novel ini diadaptasi menjadi film yang sukses dengan pemeran utama Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan Reza Rahadian, yang membantu memperluas jangkauan ceritanya ke audiens yang lebih luas.

Selain novel dan film, sastra populer juga meliputi musik. Contohnya adalah lagu “Untuk Segala Hal yang Menghidupi” karya Yudha Bakti, alumni Universitas Pamulang, yang populer di kalangan mahasiswa sastra. Lagu ini mengisahkan perjuangan seorang ayah yang harus digantikan oleh anaknya, dan memiliki makna mendalam tentang kerja keras seorang ayah yang menua.

Sastra populer bukan hanya cerminan kehidupan dan perasaan manusia, tetapi juga memperkaya jiwa dan memperdalam pemahaman kita tentang kemanusiaan. Melalui kekuatan kata-kata, sastra mengajak kita untuk merenung, merasakan, dan berempati, membuka mata hati kita terhadap nilai-nilai universal yang melampaui batas waktu dan tempat.

Penulis: Hanafiah Muhammad Akbar (Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang)