Belakangan ini, curah hujan yang tinggi membuat warga khawatir akan datangnya banjir menimbulkan trauma mendalam bagi warga Jalan Gelatik yang terletak di RT.01/03 Sawah Lama, Kecamatan Ciputat yang resah lantaran tempat tinggalnya menjadi wilayah langganan banjir setiap kali turun hujan deras.
Dalam pantauan wartawan, selain letak lokasinya rendah, lokasi banjir tersebut terletak di samping apartemen Anwa yang menghubungkan ke jalan Cendrawasih dan Jalan Merpati Raya Ciputat.
Di sekitaran Jalan Gelatik terdapat satu pemukiman warga yang juga kebetulan berhadapan dengan apartemen Anwa yang dituding menjadi lokasi terdekat dan memberikan dampak banjir.
Saat dijumpai media, salah satu warga setempat, SI (48) mengatakan, saat hujan deras turun dirinya pasti akan bergegas memindahkan barang-barang lantaran takut terendam banjir.
Menurutnya, banjir yang merendam rumahnya itu tingginya bisa sampai lutut orang dewasa. Sementara, sumbernya diduga berasal dari saluran air yang ada di dalam apartemen tersebut.
“Kalo lagi deres banget kaya minggu kemaren itu sama sebelumnya tingginya selutut. Saya terpaksa pindahkan barang-barang di ponakan saya yang ada di atas Jalan ini,” ujarnya.
Menanggapi persepsi warga, Linda Eviyanti, penanggung jawab apartemen Anwa yang aktif juga mengemban profesi sebagai Notaris tersebut angkat bicara. Menurutnya, lokasi tersebut sudah menjadi langganan banjir sebelum Anwa berdiri.
“Itu mah sudah banjir dari dulu. Jadi kemarin juga Pak Lurah sempat menanyakan itu juga ke saya, tapi setelah dijelaskan akhirnya mengerti. Itu kan penyebabnya bukan dari Anwa, dari awal itu sebetulnya sudah dalam keadaan banjir di situ,” ucap Linda yang diketahui menjabat sebagai anggota legislatif dari partai Golkar dapil Ciputat.
Terkait permasalahan tersebut, pihaknya sudah memberikan pilihan agar warga dicarikan tempat tinggal yang layak. Namun, warga sekitar enggan pindah dari lokasi tersebut.
“Sebetulnya dari pihak Anwa itu sebelum mendirikankan disitu memang sudah banjir. Kemarin itu kami sudah berusaha untuk menanggulanginya, tetapi kan warga disitu nggak mau,” imbuhnya saat di konfirmasi oleh wartawan melalui sambungan WhatsAppnya
Dikatakan Linda, pihaknya pun telah berkoordinasi dengan pihak pemerintah Kota Tangerang Selatan sebelum dirinya terpilih menjadi anggota legislatif.
“Dari pihak Anwa sudah berkoordinasi dengan Pemkot sebelum saya jadi Dewan. Di dalam Anwa itu ada tanahnya Pemkot. Pada saat sebelum saya jadi dewan, kita sudah sampaikan bahwa disitu banjir. Kita sudah sempat minta waktu itu untuk pembangunan tandon. Waktu itu kita sempat meminta tandon itu karena tanah Pemkot, itu kan bukan tanah kita,”terangnya (21/4/2025)
Kendati demikian, pihak Anda telah membuat kajian. Bahwa, penyumbang air ke lokasi banjir tersebut bukan dari Anwa, melainkan ada kontribusi dari perumahan ternama yang juga menggunakan aliran air yang sama.
“Kan itu bukan dari anwa. Ini sejak saya kecil Itu sudah ada saluran air yang menghubungkan dari apa tuh ya, perumahan baru milik Citra Raya.
Itu tuh memang nyambung dari Citra, itu adalah aliran sungai kecil. Jadi itu bukan dari Anwa ya,”ucapnya
Jauh sebelum dirinya menjadi anggota DPRD Tangsel, ada lokasi ideal penampungan air (Tandon) menurutnya, tandon yang berdiri di area Anwa merupakan asset Pemkot Tangsel. Kendati demikian, pihaknya pernah mengusulkan pembuatan tandon di lingkungan lahan warga.
“Kami sempat berkoordinasi karena di dalam area anwa itu yang dibuat tandon milik Pemkot. Waktu itu, kami sempat minta Pemkot untuk tidak membuat tandon di situ. Tetapi minta tandon dibuat di tempat yang warga,” ujarnya
Bukan hanya itu, bahkan pihaknya juga meminta kepada pemkot Tangsel agar warga terdampak banjir segera direlokasikan. Namun, usulannya tidak membuahkan hasil. Pembangunan tandon yang di lakukan pemkot belum dapat memberikan kontribusi yang berarti.
“Kalau kajian itu kan memang sejak saya kecil saja memang sungai itu sudah ada. Sungai itu tidak bisa kita urut, tidak bisa kita pindahkan karena memang itu jalur air. Jadi, ini yang harus diketahui sama warga ya, karena saya mengikuti dari awalnya masalah aliran air itu. Lalu, di samping perumahan ada juga perumahan. Saya lupa, padahal tiap hari lewat situ.” bebernya
Ditambah adanya tanggul yang bukan dibangun oleh Anwa makin memperjelas bahwasanya pihak Anwa mengklaim banjir yang kerap terjadi bukan dari buruknya drainase milik Anwa.
“Jadi, kalau mau dibilang di dalam anwa, drainasenya itu sudah mengikuti aturan. Yang penyempitan itu bukan dari anwa, tapi dugaan kami itu dari perumahan sebelah. Jadi, ini harus sama-sama tahu ya, biar semuanya jelas,” tukasnya lagi
Meski begitu, pihak Anwa tidak ingin saling lempar permasalahan. Linda menawarkan agar semua pihak dapat mendiskusikan permasalahan tersebut secara bijak. Agar permasalahan banjir di wilayah dapilnya bisa di kendalikan.
“Saya sempat bilang sama Pak Lurah, agar Pak Lurah dapat memfasilitasi pertemuan. Silahkan duduk bareng antara perumahan yang sebelah, warga, dan pihak pemerintah, dan kami. Biar semuanya menjadi terang-benderang. Jadi, jangan hanya disalahkan anwa. Kalau jalur anwa itu sudah sesuai dengan kajian PU, semua sudah clear,” cetusnya (Adt)